Asal Cuap : Mari Kita Bangun!

 

Kita ini masih tergolek di tempat tidur dengan selimut hangat, sementara hari sudah sangat siang. Dan di luar sana, para tetangga sudah sejak pagi bertebaran di berbagai tempat, sawah, ladang, kebun, kantor, pasar, sekolah, dan lain-lain.
Begitulah perumpamaan yang kira-kira relevan dengan cara berpikir kita saat ini. Warga negara-negara lain begitu sibuk bekerja, bahu membahu dengan pemerintahannya agar ekonomi negaranya semakin baik, memenangkan persaingan global demi kemakmuran bersama.
Lihat kita ...
Pemerintah mencoba fokus bekerja untuk "membuka jalan" agar semua warga bangsa bisa menata kehidupannya menjadi lebih baik dan imbasnya, perekonomian negara juga ikut membaik. Tapi kita, anak-anak bangsa masih saja mudah dibuat tidak fokus oleh isu-isu yang jika terus didengarkan sebenarnya cenderung merusak.
Begitu mudah kita diadu domba, begitu mudah kita membesar-besarkan masalah yang kecil lalu sibuk berdebat dan berseteru hingga menyita begitu banyak waktu produktif. Setiap ada isu sensitif, dalam sekejap bisa menjadi membesar dan menyita benyak energi.
Kita tidak sadar bahwa banyak pihak luar yang senang melihat kita dalam kesibukan untuk terus berseteru satu sama lain dengan berbagai isu penyebabnya. Kesibukan membuat kita "lupa bekerja", sementara untuk berseteru justru membutuhkan banyak dana.
Seringkali  pihak luar yang senang dengan situasi panas di negara kita masuk pada saat-saat seperti ini. Mereka diam-diam menghubungi pihak yang menurut mereka akan membuat persteruan bertambah sengit dan lama dan menyuntikkan dana besar. 
Dana besar bukan tanpa kompensasi, tapi karena pihak yang didanai lebih memikirkan "kemenangan semunya" dalam berseteru, maka kompensasi itu hampir tidak terpikirkan. Mereka tidak sadar bahwa mereka ibarat terus menjual kambing, sapi, sawah, ladang, atau apa pun yang mereka punyai untuk membiayai perseteruannya dengan tetangga.
Apakah kita akan menunggu sampai semua milik kita habis dijual kepada orang lain untuk berhenti berseteru? Sampai kita sadar bahwa orang-orang asing itu membiayai kita untuk terus berseteru demi harta kekayaan kita? 

 Berhentilah berseteru dengan kawan sendiri. Perseteruan menghabiskan energi yang semestinya kita gunakan untuk membangun negeri ini.

0 komentar:

Posting Komentar