Cermin : Listrik

Wajah bapak yang menua terlihat di layar. Keriputnya jelas terlihat seperti aku benar-benar berada di depannya. Tapi bapak terlihat segar dan sehat. Bagiku itu jauh lebih baik dari apa pun.

Lebaran ini seharusnya aku pulang mengunjunginya untuk sungkem. Tapi wabah yang datang membuat para perantau dilarang pulang.

Setelah sungkem secara virtual dengan bapak dan adik-adikku, kami ngobrol panjang lebar. Mula-mula tentang makanan lebaran kami masing-masing dan saling memamerkan, lalu suasana di antara kami masing-masing yang tak bisa bebas bergerak karena wabah yang masih mengintai.

Semua hal mewarnai pembicaraan lebaran virtual kami. Hingga akhirnya kami sampai pada kesamaan pendapat bahwa keadaan ini harus diterima bagaimana pun pahitnya. Kami juga saling setuju bahwa teknologi banyak menolong di saat pergerakan orang dibatasi.

"Kita patut berterima kasih pada kemajuan teknologi informasi. Aku tak tahu bagaimana kita saat ini kalau teknologi belum sehebat saat ini," kataku.

Adik-adikku mengiyakan. Video call banyak membantu kami bisa saling bicara dan melihat meski berjauhan.

"Paling utama kita harus berterima kasih pada yang berjuang menemukan listrik," kata bapak.

"Listrik?" Adik-adikku bereaksi dengan melihat pada bapak setelah sejak tadi terus melihatku melalui layar mereka.

"Ya, karena semuanya membutuhkan listrik. Semua ini tak akan bisa tanpa listrik."

Ah, kurasa aku setuju. Setelah listrik ditemukan, manusia seperti menemukan inspirasinya, menemukan modalnya. Lalu satu persatu hasil karya manusia tercipta dan dunia, perlahan tapi pasti, mencapai kemajuannya.

Setelah konferensi berakhir aku merasa sedikit lega karena, meski ini adalah hari-hari yang sulit, tapi dunia masih menyediakan celah bagi manusia, karena manusia pernah bersusah payah sebelumnya untuk mencari dan menemukan inspirasi, mencari dan menemukan hasil karya.

Aku bisa melihat wajah bapak dan sungkem padanya meski itu virtual saja. Melihatnya sehat meski semakin menua. Selayaknya aku berterima kasih pada yang mengerahkan diri dan kemampuannya hingga menemukan listrik yang menginspirasi berkembangnya teknologi, yang membantu kami di masa pandemi.

Asal Cuap : Mendadak Becak

Ketika wabah datang ekonomi mulai terguncang. Semua merasakan imbasnya tanpa kecuali. Tanpa kecuali? tidak. Pegawai negeri sipil tetap tersenyum-senyum. 

Yang paling meringis - lagi-lagi - ya orang kecil. Jika pengusaha dengan kegiatan ekonomi besar saja terguncang bahkan ada yang kolap, apalagi orang kecil dengan kegiatan ekonomi kecil.

Seperti tukang becak. Di kota kecil tempat kami tinggal, becak masih ada, karena penumpangnya pun masih ada, yaitu ibu-ibu pedagang pasar dan orang sepuh yang masih senang dengan romantika masa lalu dengan kemana-mana naik becak.

Sebelum wabah datang, tukang-tukang becak biasa terlihat di seputaran pasar, rumah sakit, dan halte bus. Dari hari ke hari tukang becak itu-itu saja dan nyaris semuanya sudah sepuh. Kecenderungannya semakin berkurang jumlahnya.

Tapi ketika wabah datang, jumlah tukang becak mengalami peningkatan yang cukup pesat. Bahkan banyak penarik becak baru - kalau tak boleh dikatakan dadakan - kebanyakan jauh lebih muda dari tukang becak sebelum wabah datang.

Tukang-tukang becak itu banyak berkumpul bukan di seputaran tempat yang biasa seperti sebelumnya, tapi di dekat kantor bupati, rumah dinas bupati, kantor dprd. Apa karena banyak penumpang becak di masa wabah? Tidak. Wabah datang penumpang hilang. So, kenapa jumlah tukang becak malah meningkat?

Karena banyak orang (kaya) bersimpati pada orang-orang kecil seperti tukang becak sepuh yang terdampak adanya wabah. Mereka membagikan sembako dan terkadang uang pada tukang-tukang becak.

Nah, inilah yang menjadi magnet mengapa tukang becak bertambah jumlahnya di masa wabah. Para 'mendadak becak' ini tidak tertarik mencari penumpang, tapi tertarik pada paket-paket sembako yang dibagikan orang-orang yang bersimpati pada tukang becak.

Mereka ini, para mendadak becak ini, mangkal di tempat di mana biasanya ada pengendara mobil baik hati berbagi rejeki. Menariknya, di bulan puasa di tengah masa wabah, ada lebih banyak orang yang bersimpati dan berbagi. Makin cuanlah para mendadak becak ini.

Setiap petang, mereka pulang dengan setidaknya paket-paket sembako di dalam plastik di atas jok becak mereka dan mungkin juga uang sedekah di kantong mereka.

Wah...

Memang. Ini juga merupakan efek dari wabah yang mengguncang ekonomi. Beberapa orang mencoba mengambil keuntungan. Profesi tukang becak dengan tampang memelas bisa menjadi senjata ampuh untuk mendapat sembako gratis dari orang-orang yang bersimpati dan berbagi.

Untuk mereka yang setia menekuni profesi tukang becak sejak lama dan terus bertahan, maka itu adalah rejeki untuk mereka. Tapi untuk para 'mendadak becak' yang turun ke jalan untuk berburu paketan, itu 'rejeki juga'. Entahlah. Profesi tukang becak ternyata tak main-main. Terlihat memelas tapi sanggup mendulang simpati yang berbuah sembako dan uang sedekah. Tak heran jika banyak yang rela 'numpang melas' demi mendapat sembako gratis dan uang sedekah.

Jadi, bukan cuma pegawai negeri sipil saja ya, yang bisa tersenyum di masa wabah?

Asal Cuap : Cobalah Berhenti Merokok

Saat ini harga rokok bisa dibilang sangat mahal. Jika anda bukan perokok maka itu bukan masalah. Tapi ini adalah situasi sulit bagi anda yang - masih - merokok. Pilihan paling baik - namun sulit - adalah berhenti merokok. 

Anda yang bukan perokok akan heran ketika mendengar seorang perokok mengatakan sulit untuk berhenti. Sekali lagi karena anda bukan perokok. Anda baru akan mengerti jika pernah menjadi perokok.

Kenikmatan merokok paling istimewa bagi perokok adalah sesaat setelah makan. Selain itu juga saat anda menikmati secangkir kopi. Saat seperti itu merokok akan terasa nikmat.

Seseorang yang mencoba untuk.berhenti merokok akan merasa bingung pada saat selesai makan. Apalagi jika diamati oleh perokok lain. Akan terlihat lucu. Di saat inilah situasi terberat bagi seseorang yang sedang mencoba berhenti merokok, di mana banyak orang yang gagal.

Jika pun dia bisa menahan diri, akan ada hal lain yang terdengar sepele, tapi mempengaruhi niat berhenti merokok. Yaitu komentar teman atau orang lain yang merokok.

"Biar cepet beli mobil?"

"Baguslah, biar bisa bangun kontrakan."

Komentar-komentar semacam itu sering menggagalkan niat berhenti merokok seseorang. Komentar-komentar seperti itu cenderung menohok harga diri seseorang sehingga menimbulkan pertentangan batinnya. Dan rasa harga dirilah yang kemudian menggagalkan niatnya.

Maka kemudian, hanya disiplin dan sikap kejam terhadap diri sendirilah yang bisa menguatkan niat itu, karena saat anda selesai makan, anda seperti orang yang kehilangan pegangan, dan hasrat anda meronta-ronta menginginkan sebatang rokok yang tak ubahnya gadis setengah telanjang yang menggairahkan.

Cobalah untuk menikmati dengan bersikap kejam pada diri anda sendiri. Yakinkan untuk tetap pada pilihan TIDAK. 

Terhadap komentar orang lain, cobalah untuk menerima sindiran mereka dan usahakan sekuatnya tak memikirkan harga diri anda. Pilihannya bisa kata, "sedang tidak enak merokok.", atau kata lain yang meskipun terdengar klise. Sekali lagi yakinkan pada pilihan TIDAK.

Anda mungkin perlu waktu berbulan-bulan atau bisa jadi setahun lebih untuk merasa normal sehabis makan atau saat menikmati kopi tanpa rokok. Dan sebelum anda merasakan itu, akan ada puluhan atau ratusan hari yang menyiksa anda berupa dorongan menggebu untuk kembali merokok, rasa bingung, sindiran teman, dan berbagai rasa akibat kecanduan rokok.

Hanya disiplin yang bisa membuat anda melewati masa berat itu hingga anda merasa normal tanpa rokok. Meski berat, akan ada hal positif yang membuat anda yakin bahwa berhenti merokok adalah pilihan tepat, seperti perasaan lebih sehat, lebih ringan, lebih sedikit rasa stres dan keuangan yang lebih baik.

Saat itu cobalah untuk melihat kembali berapa harga rokok favorit anda, berapa bungkus anda merokok dalam sehari, lalu kalikan 30 hari. Anda akan melihat angka yang mencengangkan yang bisa anda selamatkan dan uang itu akan balas menyelamatkan anda untuk berbagai macam kebutuhan hidup anda.

Jadi untuk berhenti merokok itu sulit? Jawabannya iya. Sulit, bahkan sulit sekali. Itulah mengapa hanya disiplin dan sikap kejam terhadap diri sendiri yang bisa membawa anda berhenti merokok. Anda bisa meminta nasehat dokter atau ahli yang bisa membantu anda, tapi sekali lagi semua tetap kembali pada pilihan sikap anda ketika anda memang berniat berhenti.

Mintalah bantuan pada orang-orang terdekat anda untuk membantu anda mengingatkan ketika ada tergoda untuk merokok kembali. Orang tua anda, istri, adik, kakak, atau siapa pun yang anda bisa percaya. Tapi anda harus rela diingatkan dan sabar.

Ada satu perspektif yang bisa dianggap paling ampuh untuk anda yang sedang mencoba berhenti merokok., yaitu berapa uang yang bisa anda selamatkan dengan tidak merokok. Keluarkan uang seharga rokok favorit anda setiap hari dan masukkan ke dalam celengan. Bukalah di hari ke 30, dan mulailah berpikir apa yang anda impikan untuk anda miliki. Lalu mulailah menabung. Anda akan merasakan bahwa berhenti merokok adalah pilihan yang menguntungkan masa depan anda.

Anda bisa mulai mencobanya jika anda ingin berhenti merokok, abaikan jika tak sependapat. Pilihan sepenuhnya ada pada diri anda. 

Asal Cuap : Konspirasi

"Semua ini adalah hasil konspirasi," kata Ken.

"Semua ini apa?" aku bertanya.

"Pandemi ini, virus..."

"Ssst!" kuberi isyarat padanya untuk tak meneruskan. Aku mulai bosan dengan pembicaraan mengenai hal itu. Jelas bahwa dunia sedang melewati sebuah waktu yang aneh dan menyeramkan. Dunia pernah tenggelam dalam perang, wabah, bencana, dan kini wabah lagi. 

Jelas pula bahwa manusia menjadi salah satu penyebab mengapa alam ini seperti memaksa untuk menata keseimbangannya lagi. Siklus terkadang berjalan lambat atau suatu ketika terlalu cepat karena kau gemar mencuri mata rantai penting keseimbangan dan ekosistem, sampai terkadang kawanan gajah perlu datang sendiri ke rumahmu untuk menuntut jatah makannya, atau hujan tiba-tiba datang di bulan Juli.

"Semua ini memang datang tiba-tiba," aku berkata.

"Semua ini sudah direncanakan!" Ken memotong. Ia sepertinya yakin sekali, seperti seseorang yang menangkap basah pencuri.

"Oleh siapa?"

"Oleh siapa? Siapa lagi kalau bukan..."

"Sudahlah..."

"Kau tak percaya?"

"Kalaupun benar, lantas apa yang bisa kau lakukan? Mendatanginya, memakinya, atau apa?"

"Semua kanal penting membahasnya, banyak tokoh membicarakannya."

"Menurutku, yang paling masuk akal saat ini adalah kau dan aku fokus pada apa yang bisa membuatmu bertahan hidup, tak peduli wabah ini datang sendiri atau karena konspirasi seperti katamu."

Betapa hebatnya jika satu, atau beberapa orang di dunia ini bisa memegang kendali kehidupan seperti kau memegang remot tivi dan orang-orang di sekitarmu terpaksa menonton acara yang kau suka tanpa bisa berbuat apa-apa. 

Hal seperti itu mungkin saja. Tapi alam ini lebih sederhana mengelola dunia. Manusia boleh perkasa dan menguasai segalanya, tapi manusia menua dan lalu mati. Orang lain boleh memiliki pandangan hidup yang sama dan malanjutkan ambisinya, tapi setiap manusia berbeda satu dan lainnya. Segala sesuatu tak pernah sama.

Pandemi ini membuat penduduk bumi saling tuding karena sebagai manusia, kita tak mau merasa bersalah atas semua kekacauan yang kita buat sendiri. Di lain waktu kita tiba-tiba merasa sok paling bersalah atas semua kekacauan di bumi. Alam juga memiliki kenakalannya sendiri, ia mengambil keuntungan dengan cara memberi hukuman sekaligus membalas dendam. 

Keseimbangan itu membuat kehidupan menjadi hidup, seperti fragmen yang masuk akal, ada drama, tapi selaras dengan realita. Tapi cara dan saat keseimbangan itu dibuatlah yang selalu menyisakan banyak tawa atau air mata. Mula-mula kau habiskan pohon di bukit di belakang rumahmu, lalu kau isi rumahmu dengan semua tawa lebar, lalu ketika hujan datang alam menghukummu dengan air yang menghanyutkan rumahmu. Kau tak akan pernah tahu, alam menghukummu, atau membalas dendam padamu. 

Semua ini kembali tentang rasa hormat. Ini bisa membuat seseorang menjadi malaikat penolongmu, atau iblis yang menghancurkanmu. Terkadang seseorang membalas dengan lebih kejam atas sebuah kekecewaan. Begitu juga dengan alam yang tak mendapat rasa hormatmu. Ia bukan saja menghukum kita dengan pandemi, tapi juga membalas dendam dengan membuat kita saling tuding tanpa solusi.

Puisi : Aku Cinta Kamu

Aku
Ada adalah keakuan
Tak absolut aku
Karena jika kau menyebutnya begitu
Maka itu aku itu adalah kau
Seperti halnya jika dia, atau mereka, atau kita secara serempak
Aku adalah arah mata angin
Jika berubah arah maka berbeda

Cinta
Cinta sebenarnya bukan apa-apa di sini
Ini tentang nama sebuah kehendak rasa
Kecondongan dan kecenderungan yang serius
Menginginkan untuk melimpahkan dan dilimpahi rasa secara dua arah
Pergi dan kembali
Memberi dan menerima

Kamu
Kamu adalah siapa saja
Kamu bisa aku, dia, atau mereka, atau kita
Kamu juga berada di pucuk mata angin

Aku milik siapa saja
Cinta bertebaran di mana-mana
Kamu tak bisa berbuat apa-apa



Asal Cuap : Selonong-Selonong

Sedang berkendara dengan motor atau mobil tiba-tiba dari sebuah gang ada motor main selonong tanpa mau melihat situasi lebih dulu. Pernahkah anda mengalami hal ini?

Jika jarak masih agak jauh anda masih punya waktu untuk mengerem sehingga tak menabrak motor itu. Sayangnya itu bisa berakibat lain jika kendaraan di belakang kita terlalu dekat. Anda bisa tertabrak dari belakang.

Jika motor yang main selonong tadi persis bersamaan dengan laju kita, akibatnya bisa ditebak kan?

Intinya, orang main selonong dari gang atau dari arah mana pun, sangat membahayakan. Mencelakakan dan memberi masalah.

Terus kita mesti bagaimana, faktanya budaya main selonong itu sepertinya semakin marak saja. Karena saat ini nyaris semua orang naik motor. Dan tak semua orang paham aturan, paham etika, paham resiko. Tak paham jika mau memahami akan menjadi paham, tapi tak paham dan tak mau memahami akan menjadi momok yang menghantui sesama pengguna jalan.

Pada akhirnya tetap kitalah yang harus berhati-hati. Bahkan ekstra hati-hati dan perhatikan gang-gang atau pertigaan atau perempatan yang biasanya banyak orang main selonong.

Sebenarnya jika minimal setiap orang mau peduli dengan dirinya sendiri, keselamatan dirinya sendiri, maka itu sebenarnya sudah cukup, karena hal itu akan membuat setiap orang berhati-hati, dan itu meminimalisir terjadinya kecelakaan.

Akhirnya semua memang kembali pada kita, kepedulian pada keselamatan diri membuat kita berhati-hati. Meskipun terkadang kita terkena imbas orang yang tak berhati-hati.

Maka berhati-hatilah. Itu tetap lebih baik.


Cermin : Bu Guru

Kegaduhan di kelas empat seketika lenyap ketika Bu Guru Anissa memasuki kelas. Beliau membawa beberapa buku di tangan kirinya dan handphone berponi di tangan kanannya.

Anak-anak diam melihat Bu Guru, sementara sang guru begitu khusyuk menatap layar handphonenya. Beliau bahkan masih terus sibuk ketika ia sampai di meja kerjanya.

Sesekali beliau tersenyum ke layar handphone. Anak-anak tak ada yang berani bersuara. Mereka takut disambit apa saja sebagaimana biasa dilakukan Bu Guru jika ada yang gaduh.

Bisa penghapus papan tulis, bisa buku besar di mejanya, bisa sepatunya, dan bisa apa saja.

Anak-anak menunggu apa yang akan dititahkan Bu Guru mereka. Tapi rupanya handphone Bu Guru belum bisa ditinggalkan. Buktinya Bu Guru masih terus sibuk menggeser-geser layar, mengetik, menggeser lagi, mengetik lagi, tersenyum lagi dan begitu terus.

Anak-anak mulai gelisah, tapi nyaris tak berani bergerak. Mereka takut disambit, dan dikatakan bodoh.

Bu Guru Anissa cantik dengan kerudungnya. Tapi mereka takut karena mereka pernah kena sambit.

"Selamat pagi anak-anak!" Bu Anissa akhirnya menyapa dengan perhatian terus ke handphone-nya.

"Selamat pagi, Bu Guru!"

"Berdoa!"

Darmin, si ketua kelas segera memberi aba-aba dan mereka kompak melafalkan doa sebelum pelajaran dimulai.

"Buka Buku Maestro dan lanjutkan mengerjakan yang kemarin!"

"Yang sub tema 3?"

"Lha kemarin sampai mana?"

"Sub tema 3."

"Kok malah tanya?"

Anak-anak menyerah. Mereka memilih untuk segera membuka buku daripada kena sambit.

Sementara Bu Anissa tetap khusyuk dengan layar handphone-nya. Ketika satu dua anak memberanikan diri bertanya beliau mengalihkan wajahnya sejenak dari handphone dengan muka masam.

"Di bacaannya kan ada!" kata beliau sambil mengembalikan wajahnya ke layar handphone.

"Tidak ada, Bu!"

Bu Guru memalingkan wajah lagi ke semua anak.

"Cari!"

Anak-anak menyerah lagi. Pagi itu, sebagaimana pagi-pagi sebelumnya, anak-anak belajar sendiri.

Dan Bu Guru tetap khusyuk dengan layar handphone-nya.


Asal Cuap : Kakek Nenek dan Nenek Moyang

Jika hari ini kakek dan nenek anda masih hidup, seberapa sering anda meluangkan sedikit waktu untuk berbagi cerita dengan mereka, atau minimal salah satu dari mereka?

Saya percaya banyak dari anda yang dekat dengan kakek dan nenek, atau kakek, atau nenek. Tapi tak bisa dipungkiri juga bahwa banyak di antara kita yang tak terlalu peduli akan keberadaan mereka.

Dengan ayah ibu kita, kita beda generasi. Tapi karena belum terlalu jauh, kita dan ayah ibu kita masih "lumayan nyambung".

Sedangkan dengan kakek nenek kita, jaraknya sudah cukup jauh. Masa muda mereka ada di masa yang bagi kita adalah jaman dulu dalam arti sebenarnya. Sementara mereka biasanya begitu bangga dengan "keduluannya" yang mereka anggap sebagai masa yang lebih baik dibanding "jaman kita" saat ini.

Seringkali itulah pemicu "ketidaknyambungan" kita dengan kakek dan nenek. Tidak heran jika itu membuat sebagian di antara kita kurang dekat dengan kakek nenek.

"Lagu seperti itu kok didengar, berisik tidak karuan!"

"Makanan sekarang aneh-aneh, namanya aneh, rasanya aneh!"

"Lha wong cuma dekat saja kok naik sepeda motor, anak sekarang memang pemalas!"

"Anak sekarang kecil-kecil pada pacaran, dulu selesai dinikahkan aku baru melihat seperti apa kakekmu!"

"Mau sekolah saja kok dandan seperti mau kawin!"

Kira-kira begitulah biasanya komentar yang umum terdengar dari kakek nenek. Bagi mereka hampir semua hal sepertinya salah. Kata mereka mestinya tak begitu, karena dulu mereka tak begitu.

Kita biasanya langsung menempatkan diri sebagai wakil generasi sekarang dan hampir selalu ingin menepis cemoohan mereka. Itu hal yang wajar dan normal.

Mereka dan kita kemudian sama-sama "keukeuh", dan terciptalah ketidakasyikan.

Tapi kita sebagai yang muda jangan baper. Setiap orang di setiap generasi memiliki romantikanya sendiri terhadap puncak jaman di puncak kehidupannya.

Jaman modern saat kakek nenek kita muda, bagi kita akan terlihat kuno. Begitu juga kemodernan saat ini, hari ini di puncak kehidupan kita. Akan terlihat kuno juga bagi cucu-cucu kita nanti. Karena kemodernan terus melaju dan percayalah, kita akan membanggakan apa yang kita alami saat ini dihadapan cucu-cucu kita, dan mereka menepisnya.

Maka jika kita mau memberi ruang sedikit saja untuk mereka membanggakan jamannya, itu akan menjadi kebahagiaan tersendiri bagi mereka. Terkadang ada cerita mereka yang berhubungan dengan sejarah penting. Atau hal penting yang ingin kita tahu di masa mereka muda, yang berhubungan dengan sejarah.

Lagipula kita ada karena lantaran keberadaan mereka, sangat tidak elok jika kita tak menganggap penting keberadaan mereka hanya karena mereka selalu gemar membanggakan kejadulannya dan terkadang komentarnya terasa mencemooh generasi kita.

Kurang nyambung tidak bisa lantas menjadi pembenaran kita untuk tak mempedulikan mereka. Kita ada karena lantaran keberadaan mereka.

Hormatilah kakek nenek, hormatilah nenek moyang.


Cerita Arena : Barcelona Tanpa Messi?

Era kebersamaan Barcelona dengan mega bintangnya Lionel Messi tanpa terasa sudah akan memasuki tahun-tahun terakhir. Tak ada yang tahu kapan kebersamaan itu akan berakhir. Tapi cepat atau lambat, hal itu akan terjadi.

Messi memang belum habis, tanpa kehadirannya, Barcelona hampir selalu tertatih-tatih mengarungi pertandingan demi pertandingan, tapi waktu telah membawa sang bintang ke usia 33 tahun.

Gairah Messi mungkin tak akan pernah habis untuk sepak bola, tapi usia yang semakin menua akan berbanding lurus dengan penurunan kekuatan fisik seorang pemain sepak bola.

Barcelona tentu saja menyadari hal ini. Tapi fakta bahwa mereka begitu nyaman bergantung kepada sang bintang selama bertahun-tahun berakibat pada kesulitan mereka meninggalkan zona nyaman itu.

Lihat saja apa yang seringkali terjadi jika Messi tak bermain. Entah karena cedera, atau rotasi. Padahal para kolega Messi di Barcelona pun sosok-sosok bintang.

Ketergantungan. Semua ini karena ketergantungan karena Messi begitu konsisten terlibat dalam urusan mencetak gol. Sebagai pencetak gol dan sebagai pemberi assist.

Sedangkan pemain lain sulit menggantikan peran bilamana Messi harus menepi karena berbagai alasan. Ada pendapat yang mengatakan bahwa era Barcelona akan habis setelah Messi tak lagi ada di barisan pemain.

Tentu saja Barcelona tak menginginkan hal itu terjadi. Mereka berupaya untuk mencari sosok pengganti Messi. Tapi sampai hari ini, sampai di usia Messi yang mulai menua, mereka masih terus bergantung dan berharap Messi akan bermain sampai umur 40.

Setiap era ada tim hebat, dan setiap tim hebat ada eranya. Ini hal yang tak bisa ditepikan. Seperti AC Milan yang begitu bersinar di awal 90 an. Kini mereka terlihat biasa saja. Bahkan kesulitan di kompetisi domestik.

Membicarakan peningkatan menuju ke puncak memang begitu menggairahkan, kita akan bersemangat membuka lembar kosong sejarah dan menuliskan tanpa sedikitpun tertinggal, sementara merasakan laju yang terus menurun menjauhi puncak adalah buah simalakama, tak ingin ditulis dalam sejarah, tapi harus tertulis dalam sejarah.

Kita tak akan tahu apa yang akan terjadi dengan Barcelona ketika Lionel Messi sudah tak bermain di sana. Apakah mereka akan mendapat sosok pengganti dan tetap menjadi raksasa di Spanyol dan Eropa, atau kembali menjadi biasa-biasa saja.

Cerita Arena : Dan Mourinho Pun Tersenyum


Hampir setahun lalu Jose Mourinho harus pergi dari Old Trafford menyusul hasil buruk yang didapat Setan Merah di awal musim 2018/2019.

Kini, hampir setahun kemudian boleh jadi The Special One sedang tersenyum puas dengan apa yang terjadi pada mantan klub asuhannya Manchester United.

Ole Gunnar Solskjaer yang didapuk sebagai caretaker menggantikannya langsung mencatatkan hasil gemilang berupa 17 laga tak terkalahkan termasuk epik comeback melawan Paris Saint Germain di 16 besar Liga Champions.
Tentu saja euforia itu semakin menenggelamkan Mou, dan fans United terpukau oleh Solskjaer yang dianggap bertangan dingin dan memiliki pendekatan seperti Sir Alex Ferguson.

Sayangnya, hal itu tak bertahan lama. Kemenangan di laga-laga awal bersama Setan Merah rupanya hanyalah keberuntungan pemula bagi Solskjaer.

Usai kemenangan beruntun yang membuat status caretaker-nya berubah jadi manajer permanen, Manchester United seakan terjun bebas. Bahkan di akhir musim 2018/2019 Setan Merah hanya mampu finish enam besar.

Kini, setelah musim 2019/2020 sampai di pekan ke sembilan, United berada di posisi 12. Ole yang sempat dielu-elukan kini menghadapi kecaman fans yang geram dengan hasil yang didapat. Suara-suara agar ia dipecat juga semakin merebak.

Bahkan beberapa mantan pemain buka suara terkait semakin merosotnya Setan Merah. Sementara di dunia maya, mereka diejek sebagai klub papan atas yang sedang bertransformasi menjadi klub medioker.

Jose Mourinho mungkin masih belum bisa menerima pemecatannya dari Manchester United, mengingat ia belum memberikan gelar juara liga sebagaimana yang selalu ia berikan pada klub-klub yang ia latih sebelumnya.
Situasi yang terjadi sekarang di United bisa jadi menjadi pelipur lara tersendiri bagi Jose yang hampir setahun lalu harus menerima kenyataan dipecat.

Tidak mudah kan mengembalikan Manchester United yang selama dua puluh lima tahun "nyaman" bersama Sir Alex? Mungkin itu kata Mourinho.

Bisa jadi juga itu kata David Moyes dan Louis Van Gaal.